Thursday, April 17, 2008

Pornografi Lewat Ponsel


posted by : Lalita Atikandhari (21091)

Seiring berjalannya waktu, teknologi semakin maju dan berkembang, pornografi turut menyertainya, tak terkecuali telepon seluler (ponsel). Dengan alat komunikasi mini itu, orang bebas menikmati gambar porno sekaligus berfantasi seks.

Apa itu pornografi atau pornoaksi? Banyak pendapat dan argumen tentang hal itu. Ada yang memberi batas begitu ketat, namun ada kalangan yang mendefinisikan secara longgar. Meski demikian, baiknya kita merujuk kepada pendapat Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang tertuang dalam Fatwa MUI Nomor 287 Tahun 2001 tentang Pornografi dan Pornoaksi. Dalam butir 1 disebutkan, menggambarkan secara langsung atau tidak langsung, tingkah laku secara erotis, baik dengan lukisan, gambar, tulisan, suara, reklame. iklan maupun ucapan baik melalui media cetak maupun elektronik yang dapat membangkitkan nafsu birahi adalah haratn. Sedangkan dalam butir kedua disebutkan, membiarkan aurat terbuka dan atau berpakaian ketat atau tembus pandang dengan maksud untuk diambil gambarnya, baik untuk dicetak maupun divisualisasikari adalah haram.

Di tanah air, selain peredaran VCD porno maupun media-media porno, ada hal lain yang perlu diwaspadai berkaitan dengan pronografi dan pornoaksi, yakni acara-acara seperti infotainment di televisi. Pasalnya, tayangan dimaksud scring menayangkan pornografi dan pornoaksi dengan alasan acaranya digemari masyarakat. Ini, biasanya dibuktikan dari tingginya rating. Padahal, kalau mau jujur, aiasan ‘tingginya rating’ merupakan pandangan subyektif sebagai pengaruh liberalisme. Kita tentu tahu, liberalisms selalu mengedepankan paradigma pasar.

Pornografi memang selalu mengikuti teknologi baru. Di awal kemunculan televisi, orang hanya menyiarkan hal-hal positif, Lama-kelamaan pornografi ikut ambi! bagian di dalamnya. Demikian pula internet yang kehadirannya kemudian disusul dengan website pornografi, email, bahkan juga fitur chatting yang dibelokkan menjadi cybersex.

Telepon seluler (ponsel) yang menjadi alat komunikasi andalan saat ini juga tidak luput dari sentuhan pornografi. Mereka yang memiliki ponsel, siapa pun dia, bahkan ustadz atau kiyai sekalipun, dipastikan pernah menerima SMS seks. Bahkan, dengan niatan bercana, SMS seks itu (biasanya) dikirim kembali ke teman atau orang-orang dekat. Bahkan: diantara pemilik ponsel ada lagi gejala yang lebih berani, yakni berfantasi seks melalui SMS. Biasanya ini dilakukan oleh pasangan suami istri, pasangan kekasih atau pasangan selingkuh. Kata-kata yang dikirim dalam SMS jenis ini cukup menggoda dan bisa membangkitkan gairah.

Kecenderungan mengirim pesan seks atau berfantasi seks melalui ponsel ini makin menjadi-jadi sejak lahirnya ponsel generasi ketiga alias 3G, Ponsel serba bisa ini dilengkapi dengan kamera dan fitur Multimedia Messaging Services (MMS). Dengan ponsel jenis ini, pemakai bias dengan mudah memotret pelbagai objek menarik, termasuk objek-objek porno dan erotis, lalu mengirimkannya ke nomor mana saja yang ia mau. Maka jangan heran kalau suatu saat kita menerima gambar tidak senonoh yang dikirim orang tak bertanggung jawab atau bahkan dari orang dekat kita sendiri.

Tak bisa dipungkiri, dewasa ini penggemar kirim mengirim gambar porno lewat ponsel adalah remaja belasan tahun yang dikategorikan ABG alias anak baru gede. Pertengahan April lalu, umpamanya, ada cerita memalukan dari Cirebon, Jawa Barat. Sepasang siswa sebuah SMP di kota ini, karena merasa saling cinta, si gadis rela membuka dadanya untuk dipotret teman prianya dengan ponsel. Seminggu kemudian, semua pelajar yang punya ponsel di sekolah itu sudah terisi gambar gadis itu bertelanjang dada. Tak kecuali ponsel guru-guru di SMP itu juga dikirim gambar porno tersebut. Karena menanggung malu, orang tua si gadis menuntut secara hukum pembuat foto porno itu kemudian memindahkan sekolah anaknya.

Dewasa ini, dimulai dari negera-negara maju, di tanah air mulai timbul “perusahaan” dengan sengaja menawarkan layanan pornografi bagi pemilik ponsel. Memang, tak bisa dibantah, bahwa pornografi dan ponsel 3G bisa berjalan bersama, sebab ponsel kini sudah menjadi suatu piranti yang bersifat pribadi. Bahkan SMS melalui ponsel memiliki nilai yang jauh lebih pribadi dibanding sekadar e-mail. Dan sama seperti media lain, ponsel dipakai sebagai media efektif untuk menyampaikan hal-hal berbau pornografi oleh sebagian oknum yang ingin mengambil keuntungan dari kondisi ini.

Bahkan, “perusahan” penyedia pornografi di ponsel itu membuka sebuah layanan yang memungkinkan seorang pengguna ponsel bisa “berkenalan” dengan bintang-bintang porno seperti Silvia Saint, Jodie Moore atau Nikki Blonde. “Perkenalan dengan artis-artis itu melalui ponsel akan meninggalkan kesan berbeda dari sekadar menyaksikan mereka di layar televisi atau film,” demikian salah satu bunyi iklannya.

“Perusahaan” itu juga menyediakan banyak klip pendek yang langsung bias Anda lihat di layar ponsel. “Gadis-gadis itu akan memandang Anda langsung dan berbicara dengan Anda. Tampilan macam ini tidak bisa didapatkan di televisi,” demikian bunyi lain berpromosinya. Pornografi lewat ponsel ini bakal lebih marak, karena —seperti berita yang dirilis beberapa waktu lalu— pebisnis pornografi! global seperti (majalah) Playboy dan Penthouse akan memberi lisensi gambarnya untuk diedarkan melalui ponsel.

Kehadiran ponsel 3G memang menggembirakan bagi para, penggila teknologi. Tapi tidak demikian halnya dengan mereka yang masih menjunjung tinggi moralitas, Karena, apa jadinya kalau sesorang di kamar ganti kolam renang atau tempat lainnya bisa dengan mudah dipotret, kemudian gambar itu disebarluaskan melalui ponsel dan internet? Di Manchester, Inggris, kini telah diberlakukan larangan menggunakan ponsel di sejumlah tempat seperti pusat olahraga, toilet dan pemandian umum, Larangan ini berkenaan dengan kekawatiran warga setempat akan ulah orang-orang yang tak bertanggungjawab yang bisa mengambil gambar orang lain dalam kondisi tanpa busana dan menyalahgunakannya.

Sebenarnya, pornografi lewat telepon bukan hanya didominasi oleh ponsel. Jauh sebelum ponsel 3G ini menjamur, di kota-kota sudah marak telepon porno yang disebutan premium call, alias nomor telepon yang diawali dengan angka 0809. Apalagi yang “dijual” di sini kalau bukan fantasi seks, Premium call porno ini, diiklankan dengan foto gadis berbusana minim sekaligus kata-kata mengundang birahi - bukan hanya lewat media cetak yang dikenal mengusung tema porno tapi juga lewat media biasa. Bahkan, sebuah harian di Jakarta yang memiliki rubrik agama, memuat iklan jenis ini secara teratur.

No comments: