Monday, April 21, 2008

Melacak Indikasi Pornografi Melalui Avatar di Chatroom

Posted By: Shalina Nur Hana (21021)

Chat room adalah 'ruangan-ruangan' di Internet yang para penggunanya dapat saling bercakap-cakap secara langsung melalui pesan berupa teks di layar komputer. Chat room dapat menampung sejumlah besar orang, yang dapat saling membaca dan menjawab pesan ( www.angelfire.com). Di sana kita dapat berkomunikasi dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia. Dimanapun dan kapanpun asal kita memiliki koneksi internet, dialog tentang berbagai hal dapat langsung dilakukan.
Dengan adanya teknologi yang semakin canggih ini memang semakin memudahkan kita untuk mendapat informasi tentang sesuatu secara lebih mendetail ( jika kita berdialog dengan pakarnya ) bahkan tak jarang chat room juga menjadi media untuk mencari teman kencan atau malah ajang mencari jodoh. Untuk yang terakhir memang ada hal-hal yang perlu diperhatikan apalagi dunia internet adalah dunia maya dimana setiap orang memiliki kebebasan untuk mengakses.
Di dalam chat room sendiri banyak juga orang yang memilih untuk menyembunyikan identitasnya. Mencoba bereksperimen menjadi pribadi di luar dirinya. Istilah Avatar yang dalam mata kuliah Psikologi Komunikasi diterjemahkan sebagai perilaku dimana seseorang menciptakan kepribadian baru di luar dirinya atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang sesuai dengan keinginan audiens. Hal ini sah-sah saja apabila ingin dilakukan hanya saja kadang ada oknum yang kurang bertanggung jawab memilih untuk bersembunyi dalam kepribadiannya yang lain demi memenuhi rasa ingin tahu dan hasrat seksnya yang tidak dapat tersalurkan dalam dunia nyata. Apalagi karena identitas yang dapat dipalsukan itulah sehingga mereka merasa aman-aman saja untuk melakukannya saat chating.
Seperti pengalaman penulis sendiri yang pernah bergabung dalam salah satu chat room yang cukup populer. Dalam chat room tersebut kita dapat memilih nama-nama yang terpampang di layar komputer yang kemudian dapat kita undang untuk melakukan percakapan. Biasanya proses mengundang diawali dengan pertanyaan standar dan basa-basi seperti “ Asl pls?” ( asal please ) dan f atau m ( female atau male ). Ketika kita mendapat respon, pembicaraan dapat dilanjutkan sesuai dengan keinginan kedua pihak. Nama-nama yang dipilih atau biasa disebut nickname memang dibuat sebagus mungkin untuk menarik perhatian. Tak sedikit juga dari nama-nama tersebut yang sengaja dibuat “mengundang” seperti “co_maniak sex atau tante girang”. Dan bisa dipastikan yang memilih mengundang mereka pasti orang-orang yang memang ingin berbicara tentang segala sesuatu yang memiliki kaitan dengan seks. Namun tak jarang juga terdapat nickname yang terlihat sopan namun di tengah pembicaraan akhirnya mengeluarkan maksud aslinya.
Penulis sendiri pernah melakukan chatting dengan mereka yang memiliki nickname sopan namun ternyata memilik maksud yang kurang baik yakni menyalurkan hasrat seksualnya melalui percakapan yang menjurus pada hal-hal porno. Dalam hal ini kita yang memiliki maksud yang tidak sejalan dapat langsung meninggalkan ruangan atau tidak usah menanggapi apa yang mereka bicarakan.
Di Amerika pernah diungkap dalam salah satu Talkshow terkenal disana yaitu Oprah Winfrey Show yang menghadirkan seorang bintang tamu yang bekerja sama dengan polisi yang dan berhasil mengungkap kasus pelecehan seksual dalam chat room. Para pengguna chat room yang mereka selidiki mayoritas adalah para lelaki usia dewasa ( diatas 40 tahun ) yang berbicara tentang masalah seks dan menjurus pada pelecehan terhadap pengguna chat room yang lain yang ternyata adalah anak laki-laki yang masih di bawah umur. Bahkan ada juga yang mencoba mencoba melakukan kopi darat ( melakukan pertemuan di suatu tempat ) dengan para korbannya. Yang lebih mengejutkan lagi salah satu di antara mereka adalah rabi ( calon pendeta ).
Ironisnya di Amerika yang notabene merupakan negara liberal malah memiliki ketegasan hukum dan menindak mereka yang melakukan pelecehan seksual melalui chat room. Sedang Indonesia yang katanya merupakan negara beradab sepertinya malah memilih untuk menutup mata dan telinga pada hal tersebut. Untuk itu bagi pengguna chat room sebaiknya lebih berhati-hati jika hendak melakukan chatting. Lebih selektif dalam memilih teman dan jika terjadi hal-hal yang yang tidak diinginkan sebaiknya tidak usah ditanggapi atau dapat meninggalkan ruangan.

1 comment:

Anonymous said...

Ya, anda benar. Yg lebih 'ngeri', banyak pedhopil yg berkeliaran di chatroom & mencari korban anak2 tanpa disadari oleh korban itu sendiri. Republika Ahad (20/4) jg menyatakan bahwa sekitar 89% responden anak mengaku pernah dipaksa membicarakan tema sex di chat room.
Berbagi pengalaman, sewaktu saya masih hijau (SMP) & rajin ber-mIRC saya pernah mjd korban mereka. Saya mencoba mengelak saat ditanya pengalaman seksual dgn berkata,"Ih, itu kan dosa...". Lawan chat saya kemudian bertanya,"Kmu punya sodara yg masih bayi?". Saya jawab,"Ya". Dia bertanya lg,"Kmu pernah cium dia? Di bagian mana? Gmn reaksi dia?".
Wow, sampe seperti itu usaha mereka utk merayu anak2!
Menurut saya, mereka telah menggunakan teknologi sbg sarana utk mempermudah kejahatan. Selain efektif, ia jg tidak mudah diidentifikasi. Kaum pedhopil jg dapat melakukan pemaksaan secara verbal tanpa dapat dicegah oleh korbannya.